LAM dan MUI Diminta Buat Maklumat Bersama, Hormati Muslimah Berjilbab

Tokoh masyarakat Kepulauan Riau, Dato’ Huzrin Hood
BATAM, (kepriraya.com)-–Tokoh masyarakat Kepulauan Riau, Dato’ Huzrin Hood, menyampaikan keprihatinannya atas laporan adanya restoran, kafe, maupun hotel di Batam yang melarang pekerja dan pengunjung muslimah memakai jilbab.
“Sebagai umat Islam, kita percaya dengan firman Allah dalam Al-Qur’an. Jangan sampai pintu keberkahan tertutup karena kebijakan yang melukai perasaan umat,” tegas Dato’ Huzrin, Jumat (5/9/2025).
Menurutnya, jilbab bukan sekadar pakaian, melainkan perintah agama sekaligus marwah budaya Melayu. “Adat Melayu berlandaskan syara’, syara’ bersendikan Kitabullah. Tidak sepantasnya anak-anak kita dilarang menutup aurat di ruang publik,” ujarnya.
Huzrin menegaskan, konstitusi dan berbagai undang-undang di Indonesia menjamin kebebasan beragama serta melarang diskriminasi di tempat kerja. Indonesia juga telah meratifikasi Konvensi ILO No. 111 tentang penghapusan diskriminasi berbasis agama.
“Kalau ada karyawan atau tamu dilarang berjilbab, itu bukan saja melukai hati umat, tapi juga berpotensi melanggar hukum negara,” jelasnya.
Ia mendorong Lembaga Adat Melayu (LAM) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Batam maupun Kepri menerbitkan maklumat bersama sebagai seruan moral.
“Maklumat ini bukan untuk menekan, tapi mengingatkan bahwa negeri ini berdiri di atas hukum dan marwah. Dunia usaha tetap maju, tapi juga ramah keluarga dan ramah keberagaman,” tuturnya.
Untuk solusi, Huzrin menilai teknisnya sederhana. Misalnya, penggunaan hijab yang sesuai standar higienitas di dapur atau model aman tanpa peniti di area mesin. Ia juga mengusulkan:
Maklumat edukatif LAM–MUI untuk pelaku usaha.
Sertifikasi “Ramah Keluarga & Beradab” bagi hotel, restoran, dan kafe yang menghormati keberagaman.
Hotline pengaduan & mediasi cepat agar laporan diskriminasi dapat ditangani tanpa konflik terbuka.
“Kalau ada masalah, jangan langsung viral di media sosial. Lebih baik diselesaikan lewat mediasi yang damai,” ujarnya.
Dato’ Huzrin menutup dengan pesan agar Batam sebagai etalase Kepri tetap menunjukkan wajah ramah wisata, ramah industri, sekaligus menjunjung marwah Melayu. “Jika kita saling menghargai dan berpegang pada hukum serta ajaran agama, insyaAllah keberkahan akan terbuka bagi negeri ini,” pungkasnya.

