BISNISDAERAHKEPRITANJUNGPINANG

Kondisi Pelantar Warna-Warni di Kampung Bugis Kini Mulai Memudar

  • Beginilah kondisi jembatan penghubung antara Kelurahan Kampung Bugis dan Senggarang saat ini. Sabtu (6/1/2024)

TANJUNGPINANG (Kepriraya.com) – Letaknya di Kampung Bugis dan Senggarang, Kecamatan Tanjungpinang Kota. Dari kejauhan tak tampak seperti kawasan wisata meski berpanorama laut yang biru. Tak lagi berwarna-warni ceria tapi kembali kelihatan kumuh.

Itulah kondisi sekarang jembatan penghubung antara Kelurahan Kampung Bugis dan Senggarang di Tanjungpinang, Ibukota Provinsi Kepulauan Riau. Kedua daerah tersebut masih berada dalam satu daratan dengan jarak tempuh sekitar lima menit jika berkendara sepeda motor melewati jalan aspal. Keduanya masih masuk ke dalam wilayah Kecamatan Tanjungpinang Kota dan dikelilingi oleh lautan.

Panjang jembatan atau pelantarnya 150 meter dengan lebar tiga meter. Pelantar ini selesai dibangun pada 2018 penuh dengan warna-warni dengan kombinasi oranye, hijau dan kuning. Bukan cuma jembatannya, Kampung ini sempat memukau mata dengan rumah-rumah nelayan yang dihiasi warna-warni ceria.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Pemukiman mengucurkan anggaran Rp34 miliar untuk membangun proyek tersebut. Pembangunan pelantar ini awalnya adalah upaya penanganan kawasan kumuh sekaligus pengembangan destinasi pariwisata.

Tapi kini panorama warna-warni tak tersisa. Kondisi jembatan tak terawat dan memprihatinkan. Pelantar dipenuhi lumut dan ada genangan air. Banyak pagar-pagar di pelantar itu yang hilang. Lampu penerang pelantar juga tidak berfungsi dengan baik. Berapa titik pot yang seharusnya berisikan tanaman, terlihat kosong dan hanya berisikan genangan air dengan lumut dan sampah. Sejumlah tempat sampah juga penuh, usang, dan pecah-pecah. Pada malam hari tak ada penerangan yang memadai. Selain itu, beberapa bagian pelantar tak kokoh seperti akan roboh dan cat pagar sudah mulai terkelupas.

Ketua RT 003 Kampung Bugis, Bono, menyebut, sejak 2018 jembatan mulai rusak-rusak tapi tak kunjung diperbaiki. “Sudah lama tidak mendapat perawatan dari pemerintah daerah,” ujar Bono, Sabtu 6 Januari 2024.

Ia mengisahkan, awalnya pertama kali pelantar dibangun. Kampung Bugis menjadi objektif wisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan untuk berfoto dan menghabiskan waktu di sore hari untuk bersantai. Namun kini kondisinya seperti perkampungan kumuh. Masyarakat setempat biasanya memanfaatkan pelantar itu untuk memancing atau berjalan. “Ya beginilah kondisinya sekarang,” kata dia.

Sementara warga kampung Bugis menceritakan jembatan ini mulai sepi sejak ada penutupan pada masa PPKM Covidd-19. Pandemi berimbas pada penutupan semua warung yang dulunya berjejer di sepanjang jembatan. “Sudah mulai sepi dari masa PPKM dulu, semua warung dipaksa tutup,” ujar Fanny.

Dampak dari penutupan area wisata dan beberapa warung berpengaruh kepada jumlah kunjungan dan pendapatan sebagian masyarakat bergantung pada hasil jualan. “Sampai saat ini jembatan pelangi sudah tidak dilirik lagi, sebagian penjual yang bergantung di situ merasa dirugikan,” tambahnya.

Warga lain menambahkan saat ini minim pendapatan akibat kurangnya kunjungan wisatawan. “Sudah lama sepi, bisa dilihat sendiri bahkan sudah tidak ada satu orang pun yang datang ke sini,” keluh warga lain, Andi.

Ia pun mengharapkan pihak pemerintah dan masyarakat kampung Bugis bisa bekerjasama untuk meramaikan kembali area wisata yang sudah lama mati. “Semoga kedepannya bisa ramai lagi, sayang sekali jika ditinggalkan. Semoga pemerintah bisa bantu kami untuk menghidupkan kembali kawasan ini,” ujarnya

Sumber: gokepri.com


0Shares

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *