Bawaslu Tanjungpinang Imbau Peserta Pemilu Tidak Memberikan Pemahaman Kurang Baik Kepada Masyarakat

Foto bersama usai Ngopi (Ngobrol Pasti) yang diselenggarakan Aliansi Jurnalis Independent dengan tema “Antisipasi Sengketa Pilkada” bertempat di Oerang Rumah Cafe Jl WR Supratman, KM 12 Tanjungpinang, Jumat, (15/11/2024). f-Mr. M.U /kepriraya.com
TANJUNGPINANG, (kepriraya.com)– Ketua Bawaslu Kota Tanjungpinang, Muhammad Yusuf. HM, M.Ed, mengimbau kepada peserta pemilu dan tim sukses agar tidak memberikan pemahaman kurang baik atau buruk kepada masyarakat terkait money politik dengan memelintirnya.
Demikian dikatan Yusuf saat Ngopi (Ngobrol Pasti) yang diselenggarakan Aliansi Jurnalis Independent dengan tema “Antisipasi Sengketa Pilkada” bersama Gakkumdu (Bawaslu, KPU, KPI, Kepolisian dan Kejaksaan) yang dihadiri Pengamat Politik, Kuasa Hukum Paslon 01 Rahma-riza, Kuasa Hukum 02 Lis – Raja, jurnalis dan mahasiswa, di Oerang Rumah Cafe Jl WR Supratman, KM 12 Tanjungpinang, Jumat, (15/11/2024).
Ia mengatakan Bawaslu sering kali seakan jadi kambing hitam, akibat edukasi yang kurang baik dari paslon dan tim pemenangan.
“ Kadang kita menyaksikan kampanye ada menyebutkan “sebenarnya kami mau bagi-bagi, tapi ada Bawaslu”, sehinga masyarakat antipati kepada kami (Bawaslu). Ini adalah edukasi yang kurang baik”, kata Yusuf.
Yusuf mengatakan, masih banyak hal lagi, dimana dari banyak masyarakat yang menerima justru mengangap rezeki tidak boleh ditolak. Padahal secara hukum haram, tapi seolah-olah secara agama halal, karena dianggap sebagai sedekah politik. Barang haram dianggap sedekah.
“Seharusnya tim dan Paslon menyampaikan bahwa undang-undang dan agama melarang ini (money Politik)”, kata Yusuf.
Yusuf menambahkan, sekarang yang jadi persoalan adalah dalam hasil kajian Nasional, 57,75 % masyarakat menerima uang serangan fajar dan 13,2 % tidak mau menjawab. Dengan prosentasi tidak mau menjawab, asumsinya sekira 70 masyarakat menerima, dan bahkan hari ini masyarakat menunggu dimana tempat pembagian.
Hal ini sulit untuk kami (Bawaslu) untuk menghilangkannya karena sudah jadi kebiasaan, dan karena alergi kepada kami (Bawaslu), sehingga bertransaksi suka sama suka. Sedangkan Bawaslu anggotanya sedikit , dan mereka tau posisi kami, sehingga sulit kami deteksi.
Terakhir, Yusuf mengatakan Indikator Pemilu yang berkualitas itu ada tiga, yaitu Penyelenggara yang berintegritas, kedua Peserta pemilu yang taat aturan, ketiga Pemilih cerdas. Ketika Money politik sampai 70 %, artinya tidak cerdas, atau hilang kecerdasan pemilihnya.
Seirama dengan Ketua Bawaslu, Ketua KPU Tanjungpinang, Muhammad Faisal, mengatakan, jika ingin pemilu berintegritas, maka, pemilih juga harus berintegritas.
“Kalau prosentase Money politik itu tinggi hingga 70 %, ini menandakan bahwa pemilihnya yang tidak berintegritas, karena pemilih mudah diatur untuk mengubah pilihannya”, kata Faisal.
Wartawan : Mr. M U.