TANJUNGPINANG

HIDUP BERISIKO DI TPA GANET TANJUNGPINANG JALAN KELUAR UNTUK PEMULUNG DAN LINGKUNGAN

Oleh: Hayati Pelita Siritoitet, Mahasiswa Stisipol Raja Haji Tanjungpinang Prodi Sosiologi

TANJUNGPINANG, (kepriraya.com)–Tempat pembuangan akhir (TPA) ganet di kota tanjungpinang menjadi salah satu lokasi yang sering terabaikan dalam hal pengelolaan Kesehatan dan lingkungan. Setiap hari, ribuan ton sampah berasal dari kegiatan rumah tangga dan indrustri yang kemudian di buang di TPA ini.

Meskipun berfungsi sebagai tempat pembuangan sampah, TPA ganet juga bersumber masalah Kesehatan, terutama bagi para pemulung yang bekerja disana. Dalam kondisi yang penuh dengan limbah organic dan gas berbahaya, pemulung terpapar resiko kesehatan yang cukup besar. Oleh karena itu diperlukan solusi ramah lingkungan yang dapat mengurangi dampak negatif terhadap Kesehatan mereka serat masyarakat sekitar.

Salah satu ancaman Kesehatan terbesar yang dihadapi pemulung di TPA ganet adalah paparan gas berbahaya khususnya hydrogen sulfida (H2S). H2S adalah gas berwarna tak terlihat dengan bau seperti telur busuk yang dihasilkan dari proses pembusukan sampah organik. Ini dapat menyebabkan iritasi pada mata, hidung, dan tenggorokan pada konsentrasi rendah, dan berakibat fatal jika terhirup dalam jumlah banyak. Pemulung yang bekerja di TPA ganet yang terpapar gas ini setiap hari dalam jangka waktu yang lama, berisiko mengalami gangguan pernapasan.

Penelitian yang dilakukan oleh veronika amelia simbolon dkk. (2019), gas H2S terbukti memberikan dampak signifikan terhadap keluhan saluran pernapasan pada pemulung yang bekerja di TPA ganet. Dalam studi tersebut, ditemukan bahwa jenis kelamin dan asupan makanan turut berperan dalam keparahan gejala yang dialami oleh pemulung. Jenis kelamin dan asupan yang buruk dapat meningkatkan resiko gangaguan pernapasan yang lebih parah dengan probalitas 97,9%. Oleh karena itu paparan gas H2S ini sangat berbahaya bagi Kesehatan pemulung yang terus terpapar gas berbahaya setiap hari, dengan durasi kerja 40 jam dalam seminggu bahkan mereka berisiko mengembangkan penyakit paru-paru kronis.

Selain gas berbahaya, masalah kesehatan lain yang turut memperburuk kondisi kesehatan di TPA Ganet adalah keberadaan serangga, terutama lalat. Lalat adalah vektor penyakit yang dapat membawa patogen penyebab penyakit seperti diare, tifus, dan penyakit pernapasan. TPA yang penuh dengan sampah organik memberikan tempat yang ideal bagi lalat untuk berkembang biak.

Penelitian yang dilakukan oleh Erpina Santi Meliana Nadeak pada tahun 2015 menunjukkan bahwa fly trap atau perangkap lalat dengan berbagai jenis umpan dapat menjadi solusi yang efektif untuk mengurangi jumlah lalat di TPA. Dalam penelitiannya, umpan udang terbukti paling efektif dalam menjebak lalat, diikuti oleh umpan cabai fermentasi dan tomat busuk.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fly trap dengan umpan udang berhasil menangkap 1374 lalat (86%), sementara umpan cabai fermentasi menangkap 123 lalat (8%), dan umpan tomat busuk hanya menangkap 104 lalat (6%). Penggunaan fly trap ini memberikan alternatif yang lebih aman dibandingkan dengan penggunaan insektisida yang dapat mencemari lingkungan dan merugikan kesehatan pemulung.

Namun, pengendalian lalat dan gas berbahaya saja tidak cukup untuk melindungi pemulung di TPA Ganet. Pemulung juga terpapar risiko kesehatan karena rendahnya tingkat pengetahuan tentang kebersihan diri. Banyak pemulung yang tidak menjaga kebersihan tubuh mereka, yang meningkatkan risiko terkena berbagai infeksi.

Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Puspa Rianda pada tahun 2014 menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang kebersihan diri dengan tindakan kebersihan yang dilakukan oleh pemulung. Penelitian ini menunjukkan bahwa pemulung dengan pengetahuan yang lebih rendah tentang kebersihan diri cenderung tidak mencuci tangan dengan benar atau tidak menjaga kebersihan tubuh, meningkatkan risiko terpapar penyakit. Dari 61 pemulung yang diteliti, banyak yang tidak menjaga kebersihan rambut (21,67%), tangan (16,67%), kaki (38,33%), kuku (30,00%), dan kulit (18,33%).

Hasil analisis uji Spearman menunjukkan adanya hubungan signifikan antara pengetahuan dan tindakan kebersihan diri (p=0,034). Pemulung yang lebih paham tentang pentingnya kebersihan tubuh cenderung melakukan tindakan kebersihan yang lebih baik, seperti mencuci tangan setelah bekerja dan menjaga kebersihan tubuh mereka. Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan pengetahuan para pemulung tentang kebersihan diri.

Dinas Kesehatan dan lembaga terkait perlu menyediakan pelatihan tentang pentingnya kebersihan tubuh serta menyediakan fasilitas untuk mencuci tangan dan membersihkan tubuh di area TPA. Langkah-langkah preventif ini, meskipun penting, tidak akan cukup tanpa adanya upaya yang lebih luas untuk memperbaiki pengelolaan sampah di TPA Ganet.

Salah satu solusi jangka panjang adalah dengan memperkenalkan dan mengimplementasikan sistem daur ulang sampah yang lebih efisien. Pemisahan sampah organik dan non-organik serta pengolahan sampah menjadi kompos atau energi alternatif dapat mengurangi jumlah sampah yang menumpuk di TPA. Hal ini akan mengurangi risiko paparan gas berbahaya serta mengurangi jumlah sampah yang menjadi tempat berkembang biaknya lalat. Selain itu, pengelolaan sampah yang lebih baik juga akan mengurangi pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh tumpukan sampah yang membusuk.

TPA Ganet juga membutuhkan peningkatan dalam hal infrastruktur dan fasilitas pengelolaan sampah. Pemerintah kota Tanjungpinang perlu berinvestasi dalam pengadaan peralatan pengolahan sampah yang lebih modern, termasuk sistem pemrosesan sampah yang ramah lingkungan. Pemasangan sistem pengolahan limbah yang memadai, seperti instalasi pengolahan air limbah (IPAL), akan sangat membantu dalam mengurangi pencemaran dan meningkatkan kesehatan lingkungan.

Selain itu, pihak pemerintah dapat bekerja sama dengan organisasi non-pemerintah (NGO) yang memiliki pengalaman dalam pengelolaan sampah ramah lingkungan untuk memberikan pelatihan kepada pemulung mengenai cara mengolah sampah yang lebih baik.

Upaya untuk meningkatkan kualitas hidup para pemulung di TPA Ganet tidak hanya bergantung pada langkah-langkah kesehatan dan kebersihan, tetapi juga pada peningkatan kondisi sosial mereka. Pemulung sering kali terpinggirkan dalam masyarakat dan tidak memiliki akses yang memadai terhadap fasilitas kesehatan atau pendidikan. Oleh karena itu, selain meningkatkan pengelolaan sampah dan kesehatan di TPA, penting juga untuk meningkatkan kualitas hidup pemulung melalui akses ke layanan kesehatan, pelatihan keterampilan, dan peningkatan pendidikan.

Pemerintah kota Tanjungpinang dapat bekerja sama dengan lembaga pendidikan atau organisasi sosial untuk memberikan pelatihan keterampilan bagi pemulung, sehingga mereka dapat memiliki peluang untuk meningkatkan taraf hidup mereka.

TPA Ganet bukan hanya sekadar tempat pembuangan sampah, tetapi juga tempat bagi ribuan pemulung yang mengandalkan pekerjaan ini untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Melihat tantangan besar yang dihadapi oleh pemulung, sudah saatnya kita memberikan perhatian lebih terhadap kondisi mereka. Dengan mengimplementasikan solusi ramah lingkungan seperti fly trap, memperbaiki kebersihan diri pemulung, serta meningkatkan pengelolaan sampah yang lebih baik, kita dapat membantu mengurangi risiko kesehatan yang mereka hadapi setiap hari.

Pada akhirnya, kesehatan adalah hak setiap individu, dan pemulung di TPA Ganet berhak mendapatkan lingkungan yang lebih sehat dan aman untuk bekerja. Pemerintah dan masyarakat harus bergotong royong untuk menciptakan Kota Tanjungpinang yang lebih hijau, sehat, dan ramah lingkungan bagi semua. (*)

0Shares

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *