Inilah Beberapa Sektor di Kepri Yang Alami Inflasi dan Deflasi

Sekretaris Daerah Provinsi Kepri, Adi Prihantara,saat menghadiri Berita Resmi Statistik di Kantor BPS Provinsi Kepulauan Riau, Tanjungpinang Selasa, 01 Oktober 2024.f – Zuki/ kepriraya.com
TANJUNGPINANG, (kepriraya.com)— Walaupun Inflasi tahunan di Provinsi Kepri memang tercatat terkendali dengan baik dan stabil, yakni sebesar 2,53%, namun perlu juga diketahui sektor mana yang menyumbang faktor inflasi maupun deflasi.
Data ini didapat dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kepulauan Riau menggelar Berita Resmi Statistik di Kantor BPS Provinsi Kepulauan Riau, Tanjungpinang yang dihadiri oleh Sekretaris Daerah Provinsi Kepri, Adi Prihantara, dan dipandu langsung oleh Kepala BPS Kepri, Margaretha Ari Anggorowati pada Selasa, 01 Oktober 2024.
Kepala BPS Kepri, Margaretha Ari Anggorowati, menyampaikan bahwa inflasi yang terkendali ini adalah hasil dari pengelolaan harga yang efektif, terutama pada bahan-bahan pokok dan sektor transportasi.
Inflasi dipengaruhi oleh beberapa kelompok pengeluaran utama yang mengalami kenaikan harga, terutama pada kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau yang mencatat inflasi tertinggi sebesar 3,46% y-o-y.
“Kenaikan harga beras yang mencapai 8,05% serta peningkatan harga cabai merah sebesar 2,51% menjadi kontributor utama pada kelompok ini”, ungkapnya.
Namun, tambahnya, beberapa komoditas hortikultura seperti bawang merah dan cabai hijau justru mengalami deflasi, mencerminkan kondisi pasokan yang lebih baik dibandingkan komoditas lainnya.
Sektor transportasi juga memberikan pengaruh signifikan terhadap inflasi umum dengan kenaikan sebesar 3,39% y-o-y, didorong oleh kenaikan tarif angkutan udara yang mencapai 11,58% dan memberikan andil sebesar 0,18% pada inflasi keseluruhan.
Di sisi lain, katanya lagi, kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya mencatat inflasi tertinggi kedua setelah kelompok makanan, dengan kenaikan harga sebesar 7,5% y-o-y.
Produk-produk perawatan pribadi seperti kosmetik, serta tarif jasa kecantikan, menjadi pendorong utama inflasi di kelompok ini, yang mencerminkan peningkatan permintaan akan produk-produk non-esensial di kalangan masyarakat Kepri.
“Namun, tidak semua sektor mengalami kenaikan harga. Kelompok Pendidikan, misalnya, justru mencatatkan deflasi sebesar -1,92%, dipengaruhi oleh penurunan biaya pendidikan dan perlengkapan sekolah yang cukup signifikan”, ungkapnya..
Di luar sektor-sektor tersebut, beberapa komoditas yang memberikan kontribusi besar terhadap inflasi bulan September antara lain adalah emas perhiasan, yang mengalami lonjakan harga hingga 37,45% dan memberikan kontribusi inflasi sebesar 0,39%.
Beras yang terus menunjukkan tren kenaikan stabil menyumbang 0,24%, sementara tarif parkir yang mengalami kenaikan hingga 85,08% menambah tekanan inflasi sebesar 0,18%.
‘Sebaliknya, komoditas seperti cabai merah dan bawang merah justru memberikan andil deflasi, masing-masing sebesar -0,13% dan -0,02%, seiring dengan pasokan yang melimpah di pasar”, paparnya..
Sekretaris Daerah Provinsi Kepulauan Riau, Adi Prihantara, dalam sambutannya menyampaikan apresiasinya atas kerja keras berbagai pihak dalam mengelola inflasi di provinsi ini. Menurutnya, keberhasilan ini mencerminkan koordinasi yang baik antara pemerintah pusat dan daerah serta pemangku kepentingan lainnya.
“Keberhasilan ini adalah bukti komitmen kita bersama dalam menjaga kestabilan harga dan memastikan daya beli masyarakat tetap terjaga,” ujarnya. **