Rumkital dr. Midiyato Suratani Kembali Gowes Bersama Diakhir Pekan
TANJUNGPINANG (Kepriraya.com) – Rombongan gowes yang tergabung dalam MSCC (Midiyato Suratani Cycling Club) dan dipimpin langsung oleh Kepala Rumah Sakit Angkatan Laut (Karumkital) dr. Midiyato Suratani, Kolonel Laut (K) dr. Edwin M Kamil, Sp.B, kembali melaksanakan gowes bersama di akhir pekan pada Sabtu (16/07/2022) pagi.
Melalui rute sekitar 60 Km, dengan kecepatan rata-rata 15 km/jam, start dari depan Ramayana Tanjungpinang kemudian menyusuri jalanan diantaranya, Pamedan, Bandara Raja Haji Fisabilillah, Kijang Kota, Singgah sebentar di Kedai Hawai sekedar untuk minum kopi dan sarapan pagi.
Kemudian kembali melanjutkan perjalanan bersepeda menuju Taman Kota, Masjid Raya Nurul Iman Kijang, lanjut ke Waduk Kolong Enam Kijang, melewati Gunung Lengkuas, Wacopek, Kelam Pagi, singgah sebentar makan siang di Rumah Makan Pinisi Jembatan Dompak 2, lanjut menuju Tugu Kepri, Ramayana, sampai kembali ke garis finish Rumkital dr. Midiyato Suratani, dengan jarak tempuh selama 4 jam, bisa dijadikan pelajaran hidup dari filosofi bersepeda untuk lebih mengenal arti hidup.
Bersepeda selain memiliki banyak manfaat yang dapat kita peroleh, baik dari segi kesehatan tubuh menjadi lebih bugar, mengurangi polusi udara dan sebagainya, melalui kesederhanaan bersepeda jika mau mengamati dan mempelajari memiliki banyak filosofi kehidupan yang kental dengan arti kehidupan.
Sebagai penikmat olah raga sepeda, kita akan merasakan sensasi tersendiri saat kita bisa mengayuh sepeda kita menyusuri jalanan yang kita lalui. Disana ada sebuah kepuasan tersendiri saat kita bisa dan mampu membawa sepeda yang kita tunggangi menuju ketempat tujuan yang kita harapkan.
Dengan gowes bersama, selain baik untuk kesehatan, baik juga untuk membuat agar otak dan pikiran kita menjadi sehat. Dan selain itu dapat membangun komunikasi serta bersilaturrohim yang menjunjung tinggi nilai paseduluran.
Dengan bersepeda ini sangat menginspirasi kita, dimana melalui rute yang kita lalui ini,
Ada lintasan datar, tanjakan dan ada pula turunan serta dibawah terik matahari yang sangat menyengat yang dapat membakar kulit, dapat dimaknai untuk kehidupan.
Saat sedang menanjak, janganlah terlalu bernafsu mencapai puncak, tetap atur nafas, atur tenaga dan konstankan putaran roda, supaya efektif mencapai puncak dan konsentrasi tetap ada untuk menghadapi jalanan turunan.
Begitu juga saat sedang menurun, janganlah kaget hingga terlalu cepat menarik rem, karena akibatnya bisa fatal terjungkal dan tersungkur yang dapat menjadikan semakin terpuruk. Ikuti alur jalannya, seimbangkan remnya, ambil momentum putarannya, hingga tiba waktunya saat kembali menanjak tidak sampai membuang tenaga.
Bersepeda itu bukan masalah jumlah kilometer, akan tetapi lebih pada menikmati setiap kayuhan untuk mendapatkan tiap kilometer tersebut.
Begitu pula dengan kehidupan. Hidup menarik bukan karena jumlah umur, akan tetapi bagaimana cara kita menikmati setiap detik untuk mendapatkan umur tersebut.
Bersepeda juga bukan masalah sepedanya atau komponen yang ada di dalamnya, akan tetapi bagaimana menggunakan sepeda dan komponen yang melekat di sepeda tersebut untuk mendapatkan perjalanan yang menarik yang bisa kita nikmati yang kemudian bisa kita ceritakan, apalagi bukan hanya menggunakan sepeda untuk kita banggakan harganya.
Begitu pula dengan kehidupan. Kehidupan bukan masalah harta yang kita dapatkan, akan tetapi bagaimana memaknai harta yang kita punya untuk membuat hidup kita lebih berharga secara batin, bukan hanya secara nominal.
Ada pepatah Jawa bilang, “urip kuwi golek jeneng, ojo golek jenang”, terjemahan bebasnya, yaitu “hidup itu cari nama bukan cari makan”, maksudnya begini, hidup itu harus bermanfaat (bagi orang banyak) sehingga membuat nama yang baik, bukan hidup hanya cari harta tapi tidak membuat perbedaan apa–apa.
Sebagaimana dijelaskan dalam salah satu agama, sebaik-baiknya manusia adalah, manusia yang berguna dan bermanfaat untuk yang lainnya. Jika tidak bermanfaat, apa bedanya dengan sebuah patung yang tidak bernyawa.
Sama halnya dengan bersepeda, buat apa punya sepeda kalau cerita yang kita punya hanya pada saat kita membelinya, akan tetapi bukan pada saat menaikinya. Bukankah menaikinya itu terlihat dan terasa lebih menarik, dibandingkan hanya bisa membeli namun tidak bisa menikmatinya.
Jadi, apapun rintangan dan hambatan dalam hidup ini, janganlah dihindari namun dijalani, seperti dalam bersepeda, meskipun kita mengkayuh dibawah terik matahari yang sangat menyengat kulit, tetap konsisten kayuh sepeda tersebut hingga tujuan yang diharapkan, yang hasilnya akan menyenangkan karena dapat melalui berbagai lika liku selama perjalanan. Ingat sebuah proses tidak akan menghianati hasil.
Ingat pesan moral seperti apa yang disampaikan oleh Karumkital dr. Midiyato Suratani, Kolonel Laut (K) dr. Edwin M Kamil, Sp.B, tidak ada yang tidak mungkin, jika kita yakin, semua bisa terlampaui.(Asf)
(MJA/Dispen RSAL dr. MDTS)